Klub sepakbola takut covid agaknya cukup menarik untuk dibahas karena peristiwa ini langka dan jarang terjadi khususnya pada negara Jerman. Nama tim tersebut adalah Ripdorf, yang mana mereka kalah telak dengan skor 37 – 0 terhadap musuh bebuyutan di kota serupa akibat hanya mengizinkan tujuh pemain dari taruhan judi bola merumput pada laga tersebut.
Ripdorf meminta izin pada federasi sepakbola setempat untuk mengikuti pertandingan hanya bermodalkan syarat minimum yaitu tujuh orang saja. Pelatih berujar bahwasanya mereka khawatir akan tertular covid dari salah satu pemain lawan yaitu SV Holdenstedt II karena mereka sempat mengadakan kontak fisik dengan pasien covid.
Meskipun federasi telah berusaha meyakinkan dengan mengadakan wajib tes bahkan hasilnya masih negatif, Ripdorf tetap bergeming. Sang pelatih mewakili timnya dan berkata bahwa resiko terpapar virus corona masih cukup tinggi dan swab test saja tidak cukup meyakinkan dirinya.
Sempat terpikirkan untuk batal bermain, namun bila itu terjadi maka Ripdorf harus membayar denda senilai tiga juta lima ratus ribu rupiah. Ia bahkan mengajukan penundaan jadwal tanding kepada pihak berwenang namun hasilnya nihil karena asosiasi sepakbola Jerman menolak pengajuan tersebut.
Alasannya cukup jelas, yaitu pemilik klub khawatir bahwa pemain asuhannya akan menciptakan klaster baru dan menularkan seluruh staff manajemen. Apalagi mereka tahu akan fakta mengenai batas aman uji test yaitu 2 minggu dari sejak kontak dengan penderita covid belum terpenuhi ketika pertandingan digelar.
Klub Sepakbola Takut Covid Karena Memikirkan Kesehatan Bersama
Klub sepakbola takut covid bukannya tanpa sebab, melainkan mereka telah melakukan sebuah perbuatan terpuji dengan memprioritaskan kesehatan. Beberapa olahraga pembakar kalori seperti sepakbola memang beresiko tinggi untuk menularkan ataupun tertular penyakit karena intensitas serta aktifitasnya cukup tinggi.
Menariknya, tim dari kubu lawan yaitu Holdenstedt pun juga menurunkan tim cadangannya untuk berjaga – jaga dari resko penularan covid. Pertandingan baru saja dimulai, diawali dengan gerakan kontroversial yaitu pemain Ripdorf mengoper bolanya kepada lawan, kemudian bergerak menjauhi lapangan.
Ketua klub Ripdorf yaitu Patrick Ristow berujar ketika diwawancarai oleh ESPN, bahwasanya itu merupakan bagian dari strategi tim. Bagi mereka, lebih baik dipermalukan dengan pesta gol daripada harus menanggung beban akibat menjadi sumber penyebaran covid oleh diri mereka sendiri yang teledor menjaga social distancing.
Melihat kelakuan musuhnya, Holdenstedt tidak menahan diri dan justru memborbadir gawang musuh sepuasnya karena minim penjagaan. Pelatih Holdenstedt yaitu Florian Schierwater pun tersenyum kecil dan berkata bahwa mereka tidak punya alasan untuk menghindari permainan sehingga tetap membobol gawang Ripdorf bertubi – tubi.
Dengan kata lain, Ripdorf memilih untuk tersingkirkan dari kompetisi karena tidak ingin membayar denda yang nilainya tidak seberapa. Jelas saja Holdenstedt meraih kesempatan emas ini karena sama saja merupakan tiket VIP menuju babak selanjutnya tanpa harus bersusah payah.
Batuk di Lapangan Bisa Dihukum Kartu Merah oleh Wasit
Sebelum adanya kejadian klub sepakbola takut covid, asosiasi sepakbola di negara lain yaitu Inggris telah menerapkan kebijakan tersendiri. Mereka telah mengizinkan penggunaan kartu merah untuk menghukum siapapun yang kedapatan batuk di lapangan ke pemain lawan dengan sengaja ataupun tidak.
Federasi sepakbola Inggris pun mengizinkan kepada setiap wasit untuk membuat pengamatan observatif sebelum memutuskan mengganjar kartu merah. Peraturan tersebut baru diresmikan selama terjadinya pandemi corona di negara Inggris yang mana kian hari masih belum menunjukkan tanda penurunan berarti sejak kasus perdananya di akhir tahun ini.
Wasit tidak akan menghukum pemain apabila pemain batuk dengan tendensi tanpa unsur kesengajaan melainkan hanya ekspresi batuk biasa. Apalagi jika ditemukan bahwasanya batuk tersebut berada jauh dari jangkauan pemain lain sehingga dianggap bukan bertujuan ingin menularkan covid kepada para peserta.
Bagaimanapun, kebijaksanaan wasit berperan cukup penting di sini agar bisa menilai secara lebih objektif mengenai tingkatan pelanggaran. Apabila kejadiannya belum termasuk kategori parah, ia berhak untuk sekedar menegur pemain yang batuk dan memberikannya peringatan agar tetap sportif bermain antar kedua kubu.
Federasi sepakbola Inggris bahkan cukup spesifik memberikan hukuman dengan berkata bahwa wasit hanya berhak menghukum pemain yang sengaja batuk saja. Artinya, batuk dengan frekuensi cukup sering tidak akan diganjar kartu merah olehnya karena bukan merupakan bentuk ingin menakuti lawan mainnya di lapangan rumput.