Tag: jelata

Hobi Baru Mengendarai Sepeda Kala Pandemi Merebak

Hobi Baru Mengendarai Sepeda Kala Pandemi MerebakHobi Baru Mengendarai Sepeda Kala Pandemi Merebak

Buat kalian pemilik rumah serta bertempat tinggal sebelah pinggiran jalan raya, terasa gak sih akhir-akhir ini banyak komunitas sepeda lalu-lalang? Olahraga sepeda sepertinya lagi jadi tren baru sehingga semua lapisan masyarakat latah beli kendaraan tradisional ini. Awalnya bermula dari merebaknya pandemi covid 19 beberapa bulan terakhir sehingga pemerintah menghimbau warga untuk stay di rumah.

Mulai bosan dan jenuh, banyak orang mencari kegiatan yang bisa dilakoni sehari-hari tanpa harus pergi jauh dari kompleks perumahan. Kantor perusahaan libur, sekolah tutup, bahkan tempat ibadah dilarang untuk beroperasi sejenak. Pemikiran paling simpel ya main sepedahan deh, hitung-hitung olahraga ringan sambil rekreasi menikmati pemandangan sekitar. Siapa yang paling bahagia? Sudah pasti tukang jual sepeda karena mereka ketiban duren runtuh akibat pesanan membludak.

Hobi Baru Mengendarai Sepeda Kala Pandemi Merebak1

Jauh menelisik dua ratus tahun ke belakang, hype main sepeda juga pernah kejadian mirip kayak situasi terkini. Saking masifnya, terjadi begitu banyak evolusi kebiasaan sehari-hari pada kelangsungan hidup umat manusia. Bukan sekedar isapan jempol, pengaruhnya sangat signifikan hingga terbawa sampai masa sekarang.

Pada abad ke 19, mengayuh sepeda bukan sekedar sarana olahraga apalagi ajang pamer harta belaka. Ia menjadi titik balik perubahan sejarah manusia di seluruh dunia yang fenomenal. Penasaran? Lanjutkan membaca ulasan kita untuk mengetahui kebenaran akan tersohornya kegiatan bersepeda.

 

Ledakan Hobi Bersepeda Juga Terjadi Dua Abad Lalu

Mulai tahun 1890, memiliki alat transportasi bernama sepeda adalah sebuah kewajiban bagi setiap warga. Ibarat ponsel pintar pada saat ini, bersepeda masuk dalam daftar kegiatan sehari-hari mulai kalangan pejabat hingga golongan rakyat jelata. Dengan berbagai pilihan material dan kualitas, sepeda memiliki harga bervariasi sesuai kemampuan pembelinya.

Menggunakan sepeda adalah sebuah efisiensi biaya perjalanan karena hemat ongkos, banyak suku cadang, serta praktis pemeliharaannya. Jauh lebih merepotkan membeli kereta kuda, selain harga kuda cukup mahal, kita juga perlu memberi makan hewan lincah ini 3 kali sehari. Kembali pada masa sekarang, jika berkeinginan untuk pelihara kuda sih bisa saja koq, asalkan kalian sudah menyiapkan modal besar dari hasil menang judi balakplay online bonus terbesar di Indonesia baru deh hitungannya mampu memelihara kuda favorit kegemaranmu. Duit pas-pasan sih lupakan saja ide memiliki kereta kuda. Hanya kaum bangsawan serta pejabat pemerintah kala itu berani memakai kereta kuda.

Ledakan Hobi Bersepeda Juga Terjadi Dua Abad Lalu

Di belahan bumi bagian barat, para wanita cenderung menyukai fashion berbusana rok serba mekar. Menurutnya, victorian style terlihat elegan, anggun , feminim, serta berkelas. Namun akibat demam sepeda melanda Eropa, kaum perempuan jadi ikutan ngiler pengen mencobanya juga. Akhirnya, lambat laun terjadi pergeseran mode berpakaian menjadi lebih simpel seperti celana panjang atau sejenisnya.

Susah lah kayuh sepeda kalau maksain pake rok, neng! Siapa menyangka bahwa kebiasan naik sepeda melahirkan semangat kesetaraan derajat untuk kaum hawa. Semenjak mereka rajin bersepeda, celana panjang bukan lagi milik para lelaki saja. Pria dan wanita, punya kesempatan yang sama dalam menikmati serunya bersepeda. Gokil!

 

Kegemaran Bersepeda Memicu Revolusi Industri

Kegemaran masyarakat naik sepeda ikut membawa revolusi industri secara besar-besaran. Banyak perusahaan baru bermunculan karena ingin berpartisipasi terhadap tingginya permintaan sepeda. Mereka berlomba-lomba berinovasi dengan menciptakan sepeda terbaik versi tiap pabrik. Mau yang lapis emas ada, sampai material murahan pun tersedia. Eits, sepeda itu punya komponen yang bisa aus loh sehingga perbaikan rutin perlu dilakukan.

Kegemaran Bersepeda Memicu Revolusi Industri

Dengan kata lain, pabrik suku cadang sepeda pun juga menjamur berbarengan dengan naiknya jumlah bengkel sepeda. Perusahaan advertising juga kecipratan rejeki karena mereka mendapat pesanan membuat iklan penjualan sepeda. Begitu gegap gempita ledakan sepeda sampai popularitas usaha rumah makan serta film layar lebar tenggelam oleh ketenaran barang ini.

Semakin ekstrim, efektifitas sepeda untuk perjalanan jarak jauh dan menengah memungkinkan dua insan berbeda kota untuk saling memadu kasih. Sesuai tebakan kalian, tentunya pesta nikahan antar kecamatan ikut naik jumlahnya dong. Bayangkan, ada berapa banyak tenaga kerja terserap dalam sebuah gelaran pesta pernikahan coba?

Catering, fotografer, butik, kue pengantin, penyewaan gedung, semua ketiban untung karena ulah sepeda. Bercengkrama dengan kerabat maupun kolega bisnis juga jauh lebih mudah karena bisa bepergian menggunakan sepeda. Percintaan sukses, bisnis berhasil, koneksi makin luas, nikmat mana lagi yang kau dustakan wahai ki sanak? Terbaik deh emang sepeda.

Kegemaran Bersepeda Memicu Revolusi Industri1

Namun semua kehebohan yang terjadi akibat maraknya penggunaan sepeda bukan berarti tanpa masalah. Populasi sepeda membludak secara tiba-tiba telah memaksa pemerintah menelurkan kebijakan seputar penggunaannya. Angka kecelakaan meningkat tajam karena pemakai sepeda juga ada kaum alay seperti jaman sekarang. Mereka mengendarai benda ini dengan sembrono sesuka hati tanpa mengindahkan hak pejalan kaki.

Meskipun tidak sampai meninggal, siapa juga yang rela kepala bonjol dan lutut memar akibat keserempet sepeda. Penanggung jawab lalu lintas pun menyediakan jalur khusus sepeda supaya lebih tertib dan rapi di jalan raya. Setiap pengguna sepeda dilarang untuk berjalan menyamping hingga memakan dua jalur jalanan. Mirip banget ya kayak insiden kekinian yang sering diekspose ke aplikasi sosmed baru-baru ini guys.